ANDA MEMASUKI WILAYAH ZONA INTEGRITAS BALAI BESAR KERAMIK MENUJU WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH MELAYANI                                     LSPro BBK Melayani Jasa Layanan Sertifikasi Industri Hijau

Teknologi

Teknologi Primitif : Pembuatan Gerabah

Input By: Sukiyo | Posted on: 2017-04-03 08:26:09

Pernahkah anda membayangkan bagaimana cara membuat gerabah pada zaman dahulu kala, mungkin dengan melihat video yang dibuat oleh seorang warga Australia yang di unggah ke situs YouTube ini akan memberikan gambaran bagai mana pada zaman dahulu kala orang-orang membuat gerabah dengan peraltan dan teknologi yang sangat sederhana seperti pada zaman Neolitikum, berikut adalah ceritanya.

Pria Australia itu menceritakan - Saya membuat tungku untuk membakar gerabah dari gundukan tanah liat dari sarang rayap dan mencoba tanah liat alternatif lainnnya yang berasal dari bantaran sungai. Saya mulai membuat dengan serpihan tanah liat yang biasa kemudian yang ukurannya dibawah 50 cm, selanjutnya saya mengambil potongan kering sarang rayap dan dimasukan kedalam lubang didepan gubuk. Potongan kemudian dihancurkan degerus dan ditambahkan air dan tanah liat, tanah liat diuleni seperti adonan kue sampai tercampur rata. Daun palem kering ditambahkan kedalam tanah liat untuk mencegah retak ketika mengering dan juga menambah insulasi pada tungku. Adonan tanah liat diinjak-injak di dalam lubang. Lubang parit digali dibawah tempat api tungku untuk aliran udara.

Potongan tanah liat kemudian disusun membentuk lingkaran diatas tatakan tungku. Ketika dinding tungku sudah dibuat, lempengan panjang tanah liat dimasukan kedalam tungku agar membantu pembakaran agar api terangkat keatas sehingga membantu pembakaran agar lebih efisien. Tunguk yang sudah selesai tingginya kurang lebih 50 cm dan diameter 50cm dan tebalnya 12,5 cm. Lubang dibawah tungku sedalam 25 cm dan lebar 25 cm.

Untuk membakar gerabah, kayu bakar dipakai untuk membakar di dalam tungku. Terkadang ada ledakan terdengar di dalam tungku seperti ada sesuatu yang pecah, untuk mencegah ledakan gerabah harus dikeringkan dahulu  dan pembakaran diusahakan secara lambat. Setelah sekitar sejam, ruangan di dalam tungku berubah menjadi merah membara. Kemudian setelah jam kedua temperatur tungku menurun, ini menunjukan ada pembakaran yang tidak efisien dikarenakan kekurangan pasokan oksigen. Sangat penting untuk memperhatikan di dalam tungku agar dijaga temperaturnya dengan menambahkan dan mengurangi kayu bakar. Setelah 2 jam 30 menit tungku menyala merah membara dengan bagus berwarna jingga muda. sekitar 850°C. Temperatur rendah pembakaran ini ditahan sekitar 30 menit, proses keseluruhan pembakaran sekitar 3 jam dari awal sampai selesai yang relatif singkat untuk ukuran gerabah.

Ketika gerabah dikeluarkan dari tungku, ada gerabah yang gumpil mungkin karena masih terlalu lembab sebelum dibakar. Meskipun gerabah itu masih dapat digunakan untuk mengambil air. Serpihan gerabah yang pecah dikumpulkan kembali kemudian dihancurkan untuk membuat bahan tanah liat yang baru.

Bahan tanah liat dari sarang rayap bagus untuk membuat dinding tungku dan pengganti tanah liat untuk gerabah kalau sumbernya sulit didapat. Rayap sudah memproses tanah liat dengan mulutnya sehingga tanah liat yang dihasilkan sangat halus dan plastis. Mungkin terlalu lembut ukuran butirnya, sehingga ketika ditambahkan sedikit air langsung encer dan mudah retak pada saat dikeringkan. Tanah liat yang halus ini sulit untuk dibentuk dengan bentuk kompleks, mungkin kedepannya akan dibuat genteng, batu bata, ubin dari tanah liat jenis ini, mungkin juga bisa dibuat pipa.

Sumber : primitivetechnology.wordpress.com